MANAJEMEN OPTIMALISASI LAHAN BEKAS
TAMBANG PASIR (GALIAN C) DENGAN PEMANFAATAN TANAMAN PERINTIS CEBRENG (Gliricidia sepium)
(Studi
Kasus di Desa Cibeurem Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)
Oleh:
Ginanjar, D.R., Muhammad, R.R., Putra, I.N.
Juara I Karya Tulis Ilmiah
Pekan Ilmiah Ilmu Tanah Nasional, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
PENDAHULUAN
Penambangan merupakan suatu kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan
adanya dampak negatif terhadap lahan. Lahan akan mengalami kerusakan pada saat
dan setelah aktivitas penambangan berlangsung, seperti penurunan kualitas
tanah, menyebabkan banjir dan kekeringan. Terdapat beberapa tipe galian pada
pertambangan, salah satunya adalah pertambangan tipe galian C seperti pasir dan
batu. Kegiatan penambangan pasir dan batu yang dilakukan tanpa adanya usaha
reklamasi dapat memacu kerusakan lingkungan seperti longsor, erosi, dan banjir.
Oleh karena itu, kerusakan lingkungan karena eksploitasi lahan pertambangan di
daerah bekas tambang pasir (galian C) sangat memerlukan adanya reklamasi lahan
agar lahan menjadi produktif kembali.
Penambangan pasir galian C menyebabkan hilangnya lapisan tanah (top soil) karena terangkut oleh
penambangan tersebut sehingga yang tersisa hanyalah bongkahan batu. Batu yang
tersedia dalam jumlah yang banyak tanpa adanya lapisan tanah (top soil) menyebabkan aktivitas
pertanian, yakni bercocok tanam sulit dilakukan. Sebagian besar tanaman
memerlukan tanah sebagai media pertumbuhannya. Namun, terdapat tanaman yang
mampu tumbuh dan berkembang di tanah yang minim top soil, yaitu tanaman cebreng.
Kemampuan tanaman cebreng sebagai tanaman perintis yang mampu mereklemasi
lahan bekas tambang pasir (Galian C) telah dibuktikan oleh Kelompok Tani Simpay
Tampomas. Pada tahun 2013 lahan bekas tambang di Desa Cibeuereum Wetan yang
awalnya seluas 40 ha, kini telah direklamasi dan kembali produktif seluas 20
ha. Kemampuan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah oleh tanaman cebreng
menjadikannya sebagai salah satu alternatif untuk reklamasi lahan bekas tambang
pasir.
TAMBANG PASIR (GALIAN C)
Dahulunya, Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang tepatnya di
kaki Gunung Tampomas merupakan daerah yang hijau dengan adanya hutan alami yang
ditumbuhi tanaman tahunan sebagai vegetasi utamanya. Kawasan Hutan Gunung
Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman
hayati yang beragam baik flora maupun fauna. Namun, hutan tersebut saat ini
sudah mulai berkurang akibat adanya aktivitas penambangan pasir galian C.
Gambar 1. Kaki Gunung Tampomas
Aktivitas penambangan yang dilakukan di desa ini telah terjadi dalam
kurun waktu yang cukup lama, dimulai sebelum tahun 1983 dan menjadikan lokasi
ini sebagai penyuplai bahan material pasir khususnya di daerah Jawa Barat.
Secara teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan;
pengambilan, overbuden, penambangan bahan galian, penimbunan kembali,
dan distribusi sehingga memberikan dampak perubahan bentang alam.
Penambangan pasir di desa ini membuat kondisi lahan yang
sebelumnya produktif menjadi kritis. Kondisi lahan dengan bongkahan batuan
serta pasir mendominasi lahan ini. Pada akhirnya kerusakan lingkungan dan
tataguna lahan menjadi tidak optimal karena kesuburan tanah semakin menurun.
Kondisi lahan yang di dominasi oleh batuan menyebabkan tanaman sulit tumbuh
sehingga diperlukan suatu teknologi perbaikan yang mampu meningkatkan kesuburan
tanah di lahan kritis tersebut.
REKLAMASI LAHAN DENGAN TANAMAN CEBRENG
Cebreng (Istilah Jawa Barat) atau yang dikenal secara umum Tanaman Gamal
(Gliricidia sepium) merupakan tanaman
golongan leguminoceae yang banyak
tumbuh di daerah tropis, yang mampu beradaptasi disegala jenis tanah termasuk
di tanah kering. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar (border) dalam suatu usaha pertanian
karena batang tanaman ini dapat tumbuh besar selama bertahun-tahun. Cebreng
tergolong dalam famili Fabaceae/Papilionaceae dengan genus Gliricidia.
Gambar 2. Tanaman Cebreng (Gliricidia sepium)
Perbaikan Sifat Fisik Tanah
Cebreng dapat
memperbaiki sifat fisik tanah dengan merubah tekstur dari tanah tersebut
menjadi tekstur yang memiliki persen halus lebih tinggi. Bongkahan batu yang
memiliki ukuran beragam akan dihancurkan dengan kemampuan akar tanaman cebreng.
Bongkahan batu akan dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan
adanya tekanan akar yang diberikan pada saat mencengkram batuan tersebut. Akar
tanamancebreng (Gambar 2) masuk melalui retakan-retakan kecil di antara bebatuan
yang semakin lama akar tersebut akan semakin membesar. Tercengkramnya batuan
akan membuat kondisi dimana batuan perlahan-lahan akan mengalami keretakan yang
semakin lama retakannya semakin membesar. Retakan tersebut akan membuat air
dapat masuk ke dalam batu dan membantu proses pelapukan lebih cepat. Akar
cebreng mampu menghasilkan eksudat akar yang mengeluarkan asam-asam organik yang
membantu mempercepat proses dari pelapukan batuan secara kimia.
Perbaikan Sifat Kimia Tanah
Tabel
1 . Perbandingan hasil analisis tanah sebelum dan setelah di reklamasi:
Sample
|
C-organik
(%)
|
pH
|
Lahan
belum direklamasi
|
0,07
|
7,57
|
Kebun
cebreng berumur 3 tahun
|
1,06
|
6,99
|
Kebun
cebreng berumur 4 tahun
|
1,30
|
6,57
|
Kandungan C-organik pada lahan bekas tambang yang telah direklamasi
dengan tanaman cebreng yang telah berumur empat tahun (1,30) dan tiga tahun
(1,06) memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lahan belum
direklamasi yang menunjukkan hasil paling rendah (0,07%). Selain itu, pH tanah
pada lahan sebelum direklamasi memperlihatkan pH basa yakni 7,57. Penanaman
tanaman cebreng sebagai usaha reklamasi lahan mampu menurunkan pH tersebut
menjadi pH yang lebih sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Perbaikan Sifat Biologi Tanah
Perubahan sifat biologi tanah dihasilkan dari serasah daun cebreng yang
jatuh ke tanah dan pemberian pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran hewan
serta sisa pakan. Serasah tersebut menjadikan bahan makanan bagi organisme
hidup sehingga banyak organisme hidup yang terdapat di daerah perakaran. Gambar
3 memperlihatkan organisme hidup yang ada di daerah perakaran seperti cacing
tanah (Lumbricus sp.), semut (Oepochylla sp.), kumbang tanah, dan
lipan (Scolopendra sp.). Aktifitas
organisme tersebut akan membantu proses perubahan fisik tanah seperti
memperbaiki struktur tanah, aerasi tanah, dan membantu proses dekomposisi bahan
organik.
POLA PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI SIMPHAY TAMPOMAS
Skema pada gambar 3 menunjukan
adanya keterkaitan dan keterpaduan antara satu dengan yang lainnya. Diawali
dengan tanaman cebreng sebagai tanaman yang tumbuh baik di lahan kritis yang
mampu berperan sebagai pakan ternak kambing. Kotoran ternak kambing mampu
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang bagi tanaman cebreng. Pemberian pupuk ke
areal pertanaman cebreng ternyata mampu merangsang pertumbuhan tanaman lain
seperti rumput gajah dan caliandra. Serasah tanaman cebreng, rumput gajah dan
caliandra akhirnya dijadikan sebagai pakan sehat bagi ternak kambing.
Pemanfaatan pupuk kandang kambing juga dikembangkan dengan penanaman tanaman
budidaya komersial seperti buah naga, pisang dan lainnya. Pada akhirnya pola
manajemen integrasi lahan bekas tambang pasir ini adalah penjualan hasil ternak
kambing berupa daging dan susuyang menjadi sumber pendapatan bagi anggota Kelompok Tani
Simpay Tampomas.
Gambar 3. Skema Manajemen Optimalisasi Lahan Bekas Tambang Pasir oleh
Kelompok Tani Simpay Tampomas
Pola manajemen ini tidak
membutuhkan dana besar karena semua bahan baku pakan ternak sudah tersedia di
kebun pakan secara berlanjut dan kotoran ternak kambing berupa pupuk kandang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, baik untuk tanaman cebreng maupun
tanaman budidaya lainnya. Penerapan pola manajemen ini sangat baik untuk
memaksimalkan segala potensi yang ada dengan keterbatasan dana tetapi dengan
keberhasilan yang nyata. Pola manajemen ini tentunya sangatberdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat serta
membangun potensi-potensi baru untuk dikembangkan seperti sarana ekowisata,
pendidikan dan lainnya.
KESIMPULAN
Pemanfaatan tanaman cebreng (Gliricidia sepium) berperan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah
bekas tambang pasir. Tanaman cebreng memperbaiki sifat fisika tanah dengan
memperbaiki tekstur tanah menjadi lebih halus, secara sifat kimia dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan secara biologi mampu
meningkatkan keanekaragaman organisme di dalam tanah.
Pertanian terpadu dalam upaya reklamasi lahan bekas tambang
pasir yang dilakukan Kelompok Tani Simpay Tampomas dengan memanfaatkan tanaman
cebreng (Gliricidia sepium) sebagai pakan ternak dan
pupuk hijau sehingga berdampak pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat,
perbaikan kualitas lingkungan, dan mampu menjadi nilai tambah dari
keberhasilan upaya reklamasi ini yaitu sebagai sarana ekowisata berwawasan lingkungan dan pendidikan.
Say Thanks,
Alhamdulillah, tulisan yang begitu indah dengan perjuangan yang jauh lebih indah dan berkesan, Puji syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan rizqi yang begitu luar biasa kepada kami.. Terimakasih kepada kedua orang tua, kepada Seluruh keluarga besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unpad, dosen-dosen atas bimbingan, support masukan dan kasih sayangnya, tak lupa Sahabat- sahabat di Himpunan Ilmu Tanah Unpad atas kerjasama yang solid, Kelompok tani Simphay Tampomas yang banyak memberikan ilmu nya dan semua pihak yang mendukung dan mendoakan kesuksesan bersama ini.. Semoga Allah membalas amal baik hamba-hambanya dan me-Ridhai segala amal usaha kita.
Salam Penulis