Rabu, 17 September 2014

MANAGEMENT OF WASTE WATER USE INTEGRATED SYSTEM IN CONSTRUCTED WETLAND

PENGELOLAAN AIR TERCEMAR MENGGUNAKAN SISTEM TERINTEGRASI DALAM CONSTRUCTED WETLAND


Ikrar Nusantara Putra. 2014.


Aktifitas dan kebutuhan manusia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi manusia. Kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan tentunya menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi, jika tidak maka manusia tidak dikatakan sejahtera. Pemenuhan kebutuhan tersebut tentunya mendorong usaha manusia dalam mengembangkan teknologi, baik dari sektor pertanian, industri, dan sektor lainnya. Akan tetapi, pengembangan sektor industri dewasa ini telah menyebabkan dampak negatif berupa krisis lingkungan dan energi. Sebagai contoh industri tekstil menyumbang peranan dalam pencemaran air sungai di Kecamatan Rancaekek, Sumedang, Jawa Barat. Belum lagi industri pertambangan yang menyebabkan kerusakan lingkungan  seperti perubahan rona lingkungan, pencemaran badan perairan dan udara.

Air yang tercemar tentu tidak dapat dimanfaatkan sebagai air minum dan penggunaan-penggunaan lainnya karena berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, air tercemar harus dikelola agar dapat dimanfaatkan kembali serta tidak berdampak negatif bagi makhluk hidup. Pendekatan terbaru dalam pengelolaan air tercemar salah satunya dapat menggunakan sistem terintegrasi yaitu sistem constructed wetland. Constructed wetland adalah susatu sistem yang terdiri dari wadah penampung limbah yang dirancang mengandung air, substrat, dan umumnya tanaman. Komponen lain dalam constructed wetland tersebut berupa mikroba dan invertebrata air yang hidup secara alami (Davis, 1995).


Reaktor Constructed Wetland skala Laboratorium dalam Remediasi
Air Asam Tambang (Putra, 2014)

Reaktor constructed wetland akan menginkubasi air tercemar dan memperbaikinya dengan mekanisme biologis dan kimia. Sebagai contoh, air tercemar seperti air asam tambang memiliki karakteristik pH yang sangat masam berkisar 2,0-3,0, kandungan sulfat dan logam Fe dan Mn yang sangat tinggi. Karakteristik tersebut dapat menyebabkan penurunan produktivitas biologis dalam sistem aquatik serta membatasi keberhasilan revegatasi lahan pascatambang. Pada percobaan yang saya lakukan, Air asam tambang yang dialirkan pada reaktor constructed wetland dengan perlakuan kompos dan inokulasi bakteri pereduksi sulfat menghasilkan peningkatan pH air terbaik dalam kurun waktu 7 hari. Sedangkan pemberian serbuk gergaji menghasilkan penurunan kandungan sulfat dan Fe tertinggi (Putra, 2014).

        Mekanisme di dalam sistem constructed wetland yang terdiri dari bakteri pereduksi sulfat, substrat organik dan tanaman berperan penting dalam meremediasi air asam tambang. Bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi sulfat menjadi sulfida (H2S) dalam kondisi reduktif. Reaksi tersebut berlangsung dengan baik apabila di dalam tanah terkandung bahan organik yang tinggi (Munawar, 2011). Selain itu, bakteri pereduksi sulfat menghasilkan ion bikarbonat  (HCO3-) yang dapat mengurangi keasaman larutan (Papirio et al., 2013). Bahan organik memiliki kemampuan berinteraksi dengan ion-ion logam dengan membentuk kompleks bahan organik – logam sehingga dapat mengurangi toksisitas logam pada tanah. Tanaman akar wangi yang digunakan dalam penelitian berperan sebagai tanaman fitoremediator karena dapat mengakumulasi logam pada bagian akarnya.


Sistem Construted Wetland (Putra and Siregar, 2014)
              
          Constructed wetland menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan air tercemar. Tentunya diperlukan penelitian lebih mendalam mengenai formulasi sistem yang efektif dan efisien dalam pengelolaan air tercemar. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi pembaca, jika terdapat kekeliruan mohon dimaklumi. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yaitu Dosen Pembimbing Dr. Pujawati Suryatman dan Apong Sandrawati, S.P., M.Si., partner penelitian Alex dan pendesign gambar saudara Pitty.

                 

Kamis, 16 Januari 2014

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR MENGGUNAKAN TANAMAN CEBRENG

MANAJEMEN OPTIMALISASI LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR (GALIAN C) DENGAN PEMANFAATAN TANAMAN PERINTIS CEBRENG (Gliricidia sepium)
(Studi Kasus di Desa Cibeurem Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)
Oleh:
Ginanjar, D.R., Muhammad, R.R., Putra, I.N.
Juara I Karya Tulis Ilmiah 
Pekan Ilmiah Ilmu Tanah Nasional, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan

UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013

PENDAHULUAN


Penambangan merupakan suatu kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan adanya dampak negatif terhadap lahan. Lahan akan mengalami kerusakan pada saat dan setelah aktivitas penambangan berlangsung, seperti penurunan kualitas tanah, menyebabkan banjir dan kekeringan. Terdapat beberapa tipe galian pada pertambangan, salah satunya adalah pertambangan tipe galian C seperti pasir dan batu. Kegiatan penambangan pasir dan batu yang dilakukan tanpa adanya usaha reklamasi dapat memacu kerusakan lingkungan seperti longsor, erosi, dan banjir. Oleh karena itu, kerusakan lingkungan karena eksploitasi lahan pertambangan di daerah bekas tambang pasir (galian C) sangat memerlukan adanya reklamasi lahan agar lahan menjadi produktif kembali.

Penambangan pasir galian C menyebabkan hilangnya lapisan tanah (top soil) karena terangkut oleh penambangan tersebut sehingga yang tersisa hanyalah bongkahan batu. Batu yang tersedia dalam jumlah yang banyak tanpa adanya lapisan tanah (top soil) menyebabkan aktivitas pertanian, yakni bercocok tanam sulit dilakukan. Sebagian besar tanaman memerlukan tanah sebagai media pertumbuhannya. Namun, terdapat tanaman yang mampu tumbuh dan berkembang di tanah yang minim top soil, yaitu tanaman cebreng.

Kemampuan tanaman cebreng sebagai tanaman perintis yang mampu mereklemasi lahan bekas tambang pasir (Galian C) telah dibuktikan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Pada tahun 2013 lahan bekas tambang di Desa Cibeuereum Wetan yang awalnya seluas 40 ha, kini telah direklamasi dan kembali produktif seluas 20 ha. Kemampuan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah oleh tanaman cebreng menjadikannya sebagai salah satu alternatif untuk reklamasi lahan bekas tambang pasir.


TAMBANG PASIR (GALIAN C)

Dahulunya, Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang tepatnya di kaki Gunung Tampomas merupakan daerah yang hijau dengan adanya hutan alami yang ditumbuhi tanaman tahunan sebagai vegetasi utamanya. Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman hayati yang beragam baik flora maupun fauna. Namun, hutan tersebut saat ini sudah mulai berkurang akibat adanya aktivitas penambangan pasir galian C.
Gambar 1. Kaki Gunung Tampomas

Aktivitas penambangan yang dilakukan di desa ini telah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, dimulai sebelum tahun 1983 dan menjadikan lokasi ini sebagai penyuplai bahan material pasir khususnya di daerah Jawa Barat. Secara teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan, overbuden, penambangan bahan galian, penimbunan kembali, dan distribusi sehingga memberikan dampak perubahan bentang alam.

Penambangan pasir di desa ini membuat kondisi lahan yang sebelumnya produktif menjadi kritis. Kondisi lahan dengan bongkahan batuan serta pasir mendominasi lahan ini. Pada akhirnya kerusakan lingkungan dan tataguna lahan menjadi tidak optimal karena kesuburan tanah semakin menurun. Kondisi lahan yang di dominasi oleh batuan menyebabkan tanaman sulit tumbuh sehingga diperlukan suatu teknologi perbaikan yang mampu meningkatkan kesuburan tanah di lahan kritis tersebut.

REKLAMASI LAHAN DENGAN TANAMAN CEBRENG

Cebreng (Istilah Jawa Barat) atau yang dikenal secara umum Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) merupakan tanaman golongan leguminoceae yang banyak tumbuh di daerah tropis, yang mampu beradaptasi disegala jenis tanah termasuk di tanah kering. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar (border) dalam suatu usaha pertanian karena batang tanaman ini dapat tumbuh besar selama bertahun-tahun. Cebreng tergolong dalam famili Fabaceae/Papilionaceae dengan genus Gliricidia.
Gambar 2. Tanaman Cebreng (Gliricidia sepium)


Perbaikan Sifat Fisik Tanah

Cebreng dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan merubah tekstur dari tanah tersebut menjadi tekstur yang memiliki persen halus lebih tinggi. Bongkahan batu yang memiliki ukuran beragam akan dihancurkan dengan kemampuan akar tanaman cebreng. Bongkahan batu akan dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan adanya tekanan akar yang diberikan pada saat mencengkram batuan tersebut. Akar tanamancebreng (Gambar 2) masuk melalui retakan-retakan kecil di antara bebatuan yang semakin lama akar tersebut akan semakin membesar. Tercengkramnya batuan akan membuat kondisi dimana batuan perlahan-lahan akan mengalami keretakan yang semakin lama retakannya semakin membesar. Retakan tersebut akan membuat air dapat masuk ke dalam batu dan membantu proses pelapukan lebih cepat. Akar cebreng mampu menghasilkan eksudat akar yang mengeluarkan asam-asam organik yang membantu mempercepat proses dari pelapukan batuan secara kimia.

Perbaikan Sifat Kimia Tanah

Tabel 1 . Perbandingan hasil analisis tanah sebelum dan setelah di reklamasi:

Sample
C-organik (%)
pH
Lahan belum direklamasi
0,07
7,57
Kebun cebreng berumur 3 tahun
1,06
6,99
Kebun cebreng berumur 4 tahun
1,30
6,57

Kandungan C-organik pada lahan bekas tambang yang telah direklamasi dengan tanaman cebreng yang telah berumur empat tahun (1,30) dan tiga tahun (1,06) memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lahan belum direklamasi yang menunjukkan hasil paling rendah (0,07%). Selain itu, pH tanah pada lahan sebelum direklamasi memperlihatkan pH basa yakni 7,57. Penanaman tanaman cebreng sebagai usaha reklamasi lahan mampu menurunkan pH tersebut menjadi pH yang lebih sesuai dengan pertumbuhan tanaman.

Perbaikan Sifat Biologi Tanah
Perubahan sifat biologi tanah dihasilkan dari serasah daun cebreng yang jatuh ke tanah dan pemberian pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran hewan serta sisa pakan. Serasah tersebut menjadikan bahan makanan bagi organisme hidup sehingga banyak organisme hidup yang terdapat di daerah perakaran. Gambar 3 memperlihatkan organisme hidup yang ada di daerah perakaran seperti cacing tanah (Lumbricus sp.), semut (Oepochylla sp.), kumbang tanah, dan lipan (Scolopendra sp.). Aktifitas organisme tersebut akan membantu proses perubahan fisik tanah seperti memperbaiki struktur tanah, aerasi tanah, dan membantu proses dekomposisi bahan organik.

POLA PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI SIMPHAY TAMPOMAS

Skema pada gambar 3 menunjukan adanya keterkaitan dan keterpaduan antara satu dengan yang lainnya. Diawali dengan tanaman cebreng sebagai tanaman yang tumbuh baik di lahan kritis yang mampu berperan sebagai pakan ternak kambing. Kotoran ternak kambing mampu dimanfaatkan sebagai pupuk kandang bagi tanaman cebreng. Pemberian pupuk ke areal pertanaman cebreng ternyata mampu merangsang pertumbuhan tanaman lain seperti rumput gajah dan caliandra. Serasah tanaman cebreng, rumput gajah dan caliandra akhirnya dijadikan sebagai pakan sehat bagi ternak kambing. Pemanfaatan pupuk kandang kambing juga dikembangkan dengan penanaman tanaman budidaya komersial seperti buah naga, pisang dan lainnya. Pada akhirnya pola manajemen integrasi lahan bekas tambang pasir ini adalah penjualan hasil ternak kambing berupa daging dan susuyang menjadi sumber pendapatan bagi anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas.

Gambar 3. Skema Manajemen Optimalisasi Lahan Bekas Tambang Pasir oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas

Pola manajemen ini tidak membutuhkan dana besar karena semua bahan baku pakan ternak sudah tersedia di kebun pakan secara berlanjut dan kotoran ternak kambing berupa pupuk kandang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, baik untuk tanaman cebreng maupun tanaman budidaya lainnya. Penerapan pola manajemen ini sangat baik untuk memaksimalkan segala potensi yang ada dengan keterbatasan dana tetapi dengan keberhasilan yang nyata. Pola manajemen ini tentunya sangatberdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat serta membangun potensi-potensi baru untuk dikembangkan seperti sarana ekowisata, pendidikan dan lainnya.

KESIMPULAN

Pemanfaatan tanaman cebreng (Gliricidia sepium) berperan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah bekas tambang pasir. Tanaman cebreng memperbaiki sifat fisika tanah dengan memperbaiki tekstur tanah menjadi lebih halus, secara sifat kimia dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan secara biologi mampu meningkatkan keanekaragaman organisme di dalam tanah.

Pertanian terpadu dalam upaya reklamasi lahan bekas tambang pasir yang dilakukan Kelompok Tani Simpay Tampomas dengan memanfaatkan tanaman cebreng (Gliricidia sepium) sebagai pakan ternak dan pupuk hijau sehingga berdampak pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat, perbaikan kualitas lingkungan, dan mampu menjadi nilai tambah dari keberhasilan upaya reklamasi ini yaitu sebagai sarana ekowisata berwawasan lingkungan dan pendidikan. 


Say Thanks,
Alhamdulillah, tulisan yang begitu indah dengan perjuangan yang jauh lebih indah dan berkesan, Puji syukur  kepada Allah SWT atas nikmat dan rizqi yang begitu luar biasa kepada kami..  Terimakasih kepada kedua orang tua, kepada Seluruh keluarga besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unpad, dosen-dosen atas bimbingan, support masukan dan kasih sayangnya, tak lupa Sahabat- sahabat di Himpunan Ilmu Tanah Unpad atas kerjasama yang solid, Kelompok tani Simphay Tampomas yang banyak memberikan ilmu nya dan semua pihak yang mendukung dan mendoakan kesuksesan bersama ini.. Semoga Allah membalas amal baik hamba-hambanya dan me-Ridhai segala amal usaha kita.

Salam Penulis
Ikrar Nusantara Putra


Tim Himatan Unpad di Pilmitanas 2013

MENUMBUHKEMBANGKAN JIWA ENTREPRENEURSHIP MULAI DARI KEHIDUPAN DI KAMPUS

“Mahasiswa sebagai Young Enterpreanur

Oleh:
Ikrar Nusantara Putra
1505010100186
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

Mahasiswa mempunyai peran penting dalam pembangunan dan pergerakan nasional. Mahasiswa mempunyai banyak kesempatan untuk bisa mengembangkan potensi dirinya tidak hanya sekedar menempuh ilmu pengetahuan di Perguruan Tinggi tetapi dapat menjadi seorang Young Entrepreneur atau pengusaha muda di lingkungan kampus. Seorang mahasiswa dengan tekad kuat yang dimiliki, tidak takut terhadap kegagalan, berani untuk memulai dan memperluas jaringan relasi menjadi kunci utama mahasiswa menjadi seorang Young Entrepreneur.

Pemikiran-pemikiran unggul yang dimiliki mahasiswa dalam mengembangkan jiwa Entrepreneur tentunya menjadi modal utama dalam menemukan peluang bisnis apa yang ingin di lakukan. Memulai bisnis dengan mengikuti tren bisnis yang ada menurut saya kurang baik bagi kita pemula khususnya mahasiswa karena akan menyebabkan kecenderungan sulit berkembang. Selain itu, kecenderungan rasa menyerah dari bisnis yang dilakukan cukup besar apabila bisnis tersebut gagal karena pola pikir yang selalu berkaca pada bisnis yang tren sehingga menyebabkan pemikiran bahwa bisnis sama tetapi orang lain bisa maju.

Ide-ide brilian yang dimiliki mahasiswa tidak perlu besar dan membutuhkan dana besar. Cukup dengan ide yang unik dan modal rendah tentunya bisnis apapun itu bisa menjadi bisnis besar yang tidak terfikirkan sebelumnya. Bisnis juga tidak hanya terpaku pada membuat produk melainkan dapat berupa jasa pemasaran barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh mayarakat, oleh karena itu dalam bisnis ini penting rasanya kita memperluas jaringan networking kita untuk membantu mengembangkan bisnis kita.

Pengalaman saya sebagai mahasiswa melihat beberapa pelaku bisnis di lingkungan kampus yang menunjukan bahwa tidak fokusnya terhadap bisnis yang dijalani. Seringkali, pelaku bisnis di lingkungan kampus ingin memiliki bisnis yang banyak dengan tujuan memperluas peluang bisnisnya. Menurut saya, baiknya kita sebagai pelaku bisnis lebih baik fokus terlebihi dulu pada satu bisnis, ketika bisnis tersebut berkembang dan memiliki omzet tinggi maka tidak salahnya untuk kita melihat peluang-peluang bisnis lainnya.

Mahasiswa tentunya memiliki tanggung jawab besar dalam mengenyam pendidikannya di Perguruan Tinggi, tetapi tidak salahnya mahasiswa mengembangkan soft skill nya baik itu di dalam maupun di luar kampus. Tanggung jawab tersebut terkadang menyebabkan seorang mahasiswa memiliki rasa takut akan risiko, baik risiko terhadap prestasi akademik maupun bisnisnya. Konsep dan pemikiran yang ada terkadang tidak terlaksana dengan baik karena tidak adanya action serta rasa keberanian. Inilah pentingnya seorang mahasiswa membangun strategi dalam mengelolah waktunya, baik dalam urusan perkuliahan maupun urusan bisnisnya tanpa ada salah satu yang dirugikan, inilah yang dinamakan mahasiswa sebagai Young Entrepreneur.

Young Entrepreneur adalah pelaku bisnis muda dalam hal ini mahasiswa, yang mampu menyeimbangkan tanggung jawab kuliahnya dengan urusan bisnisnya. Bagaimana pun kuliah adalah hal penting yang menjadi tanggung jawab terhadap diri sendiri, orang tua, dan masyarakat. Mahasiswa akan menjadi seorang yang jauh lebih  bermanfaat apabila ia mampu berprestasi, baik kemampuan hard skill atau kemampuan akademiknya, maupun kemampuan soft skill nya, salah satunya sebagai pelaku bisnis. Oleh karena menumbuhkembangkan jiwa enterpreanurship di lingkungan kampus menjadi begitu bermanfaat untuk menajadi seorang Young Entrepreneur sukses, sukses perkuliahan dan berhasil dalam bisnisnya.


Terima Kasih
Inp

VARIETAS PADI LOKAL DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN BANGSA

PEMANFAATAN VARIETAS PADI LOKAL PADA INDUSTRI PERBENIHAN DI INDONESIA DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN BANGSA

Oleh:
Ikrar Nusantara Putra;
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Pemenang 1 Lomba Penulisan Essay Agri Kreatif 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.


“Nyiur Hijau Melambai, Bangsaku, Negriku Indonesia... Tercinta”. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan potensi sumberdaya alamnya, keanekaragaman hayati dengan ekosistem lingkungan yang baik untuk menunjang pembangunan bangsa menjadikan bangsa ini memiliki peluang besar dalam mengembangkan usaha kelautan, pertanian, perkebunan yang tersebar merata dari Sabang sampai Merauke. Tanah yang subur serta iklim yang sesuai merupakan anugrah dari Tuhan untuk pengembangan dan pembangunan pertanian Indonesia. Salah satunya adalah menciptakan Industri Perbenihan dengan memanfaatkan varietas padi lokal dalam mewujudkan ketahanan pangan bangsa.

Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dengan perkiraan mencapai 250 juta jiwa pada tahun 2015. Ketahanan pangan nasional menjadi sangat penting dan perlu mendapat prioritas penanganan dalam program pembangunan nasional. Saat ini keadaan yang mengkhawatirkan adalah semakin berkurangnya luas lahan untuk memproduksi pangan pokok akibat terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri. Masalah lain yaitu, tingkat produktivitas pangan juga sullit ditingkatkan karena keragaman jenis pangan pokok masyarakat yang rendah dan hanya bertumpu pada beras. Perlunya upaya dalam meningkatkan produksi beras serta dibutuhkan perubahan pola makan masyarakat Indonesia dengan diversifikasi pangan. Upaya lain yang diusahakan adalah sentuhan teknologi dengan menciptakan varietas padi unggul dengan produktivitas tinggi dan tahan terhadap gangguan seperti Organisme Pengganggu Tanaman. Permasalahan muncul kembali ketika ketahanan Hama dan Penyakit dari varietas transgenik atau padi hibrida terpatahkan karena resistennya hama dan penyakit tersebut. Varietas padi lokal secara alami memiliki keunggulan dalam hal ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tahan kekeringan walaupun produktivitasnya belum mampu menyaingi produktivitas padi hibrida maupun padi transgenik.

Produksi benih padi varietas lokal tentu sangat diperlukan dalam mendukung ketahan pangan nasional. Petani pada umumnya mendapat subsidi dari pemerintah dengan pemberian benih hibrida atau benih impor yang justru membuat plasma nutfah lokal menjadi hilang dan tidak adanya keseimbangan ekosistem. Masih ada petani yang melestarikan benih padi varietas lokal dan berkreasi menyilangkan varietas lokal. Mereka cukup sukes dengan mendapatkan beberapa varietas unggul. Keadaan ini jangan dihancurkan pemerintah dengan menggelontorkan subsidi benih dan impor benih. Pengalaman dari kelompok-kelompok tani membuktikan bahwa benih lokal lebih disukai karena lebih berkualitas. Penolakan petani terhadap benih hibrida dan benih impor, mestinya sudah memberi pelajaran bagi pemerintah yaitu petani harus didukung dalam hal kedaulatan benih (www.kompas.com). Ribuan benih lokal hilang karena ekspansi besar-besaran perusahaan transnasional menyebabkan varietas benih lokal semakin langka dan petani akan selalu tergantung pada benih impor (www.koran-jakarta.com). Beberapa varietas lokal seperti, Mekongga dari Sumatera Barat tahan terhadap hama wereng dan bakteri hawar daun, varietas bengong dari Indramayu terbukti tahan hama serta memiliki produktivitas tinggi mencapai 7 ton per hektar (www.kontan.co.id)
Gambar 1. Varietas Mekongga 
(Sumber:http://wongtaniku.wordpress.com/2009/08/03/deskripsi-varietas-padi/)

Melihat kasus ini seharusnya kita semua berkaca bahwa pengembangan industri perbenihan berbasis benih lokal sangat penting untuk didukung perkembangannya. Inovasi dan kreatifitas yang sudah dilakukan petani dengan mengembangkan produk lokal menjadi modal dasar dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan mengembangkan industri perbenihan di Indonesia terutama skala kecil dan menengah. Petani sudah mampu menjadi breeder dan mampu mengembangkan benih lokal unggulnya sehingga diperlukan kedaulatan benih kepada petani untuk mengembangkan industri perbenihannya. Kontribusi petani pun sangat besar dalam mengembangkan varietas unggul lokal, sedangkan pemerintah hanya fokus terhadap industri perbenihan besar  dan pada akhirnya pemerintah hanya memihak pada perusahaan besar dan mendiskriminasi petani kecil. Kebijakan impor benih dan penggunaan benih hibrida seharusnya tidak harus selalu menjadi tulang punggung dalam usaha meningkatkan produktivitas beras.

Kedaulatan Petani dalam mengembangkan industri perbenihan berbasis benih padi lokal sangat penting untuk didukung oleh pemerintah dan masyarakat luas. Keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan menjadi kunci akan adanya pengembangan industri perbenihan berbasis benih padi lokal. Dengan kreatifitas dan inovasi yang sudah dimiliki petani, ditambah dengan sentuhan teknologi budidaya dan dukungan pemerintah dan masyarakat luas, yakinlah bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat, berdaulat, sejahtera dan memiliki ketahanan pangan nasional.

“Begitu besar bangsa ini jika masyarakatnya tahu dan mengerti akan penting perjuangan para pendahulu kita. Begitu besar bangsa ini jika mayarakatnya tahu akan potensi dan peluang besar akan sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya. Begitu besar bangsa ini jika satu sama lain saling mengerti dan mendukung dan mengedepankan persatuan dan kesatuan.”

Terima Kasih


Salam Penulis