Kamis, 16 Januari 2014

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR MENGGUNAKAN TANAMAN CEBRENG

MANAJEMEN OPTIMALISASI LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR (GALIAN C) DENGAN PEMANFAATAN TANAMAN PERINTIS CEBRENG (Gliricidia sepium)
(Studi Kasus di Desa Cibeurem Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat)
Oleh:
Ginanjar, D.R., Muhammad, R.R., Putra, I.N.
Juara I Karya Tulis Ilmiah 
Pekan Ilmiah Ilmu Tanah Nasional, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan

UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013

PENDAHULUAN


Penambangan merupakan suatu kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang menyebabkan adanya dampak negatif terhadap lahan. Lahan akan mengalami kerusakan pada saat dan setelah aktivitas penambangan berlangsung, seperti penurunan kualitas tanah, menyebabkan banjir dan kekeringan. Terdapat beberapa tipe galian pada pertambangan, salah satunya adalah pertambangan tipe galian C seperti pasir dan batu. Kegiatan penambangan pasir dan batu yang dilakukan tanpa adanya usaha reklamasi dapat memacu kerusakan lingkungan seperti longsor, erosi, dan banjir. Oleh karena itu, kerusakan lingkungan karena eksploitasi lahan pertambangan di daerah bekas tambang pasir (galian C) sangat memerlukan adanya reklamasi lahan agar lahan menjadi produktif kembali.

Penambangan pasir galian C menyebabkan hilangnya lapisan tanah (top soil) karena terangkut oleh penambangan tersebut sehingga yang tersisa hanyalah bongkahan batu. Batu yang tersedia dalam jumlah yang banyak tanpa adanya lapisan tanah (top soil) menyebabkan aktivitas pertanian, yakni bercocok tanam sulit dilakukan. Sebagian besar tanaman memerlukan tanah sebagai media pertumbuhannya. Namun, terdapat tanaman yang mampu tumbuh dan berkembang di tanah yang minim top soil, yaitu tanaman cebreng.

Kemampuan tanaman cebreng sebagai tanaman perintis yang mampu mereklemasi lahan bekas tambang pasir (Galian C) telah dibuktikan oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas. Pada tahun 2013 lahan bekas tambang di Desa Cibeuereum Wetan yang awalnya seluas 40 ha, kini telah direklamasi dan kembali produktif seluas 20 ha. Kemampuan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah oleh tanaman cebreng menjadikannya sebagai salah satu alternatif untuk reklamasi lahan bekas tambang pasir.


TAMBANG PASIR (GALIAN C)

Dahulunya, Desa Cibeureum Wetan, Kec. Cimalaka, Kab. Sumedang tepatnya di kaki Gunung Tampomas merupakan daerah yang hijau dengan adanya hutan alami yang ditumbuhi tanaman tahunan sebagai vegetasi utamanya. Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan keanekaragaman hayati yang beragam baik flora maupun fauna. Namun, hutan tersebut saat ini sudah mulai berkurang akibat adanya aktivitas penambangan pasir galian C.
Gambar 1. Kaki Gunung Tampomas

Aktivitas penambangan yang dilakukan di desa ini telah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, dimulai sebelum tahun 1983 dan menjadikan lokasi ini sebagai penyuplai bahan material pasir khususnya di daerah Jawa Barat. Secara teknis kegiatan pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan, overbuden, penambangan bahan galian, penimbunan kembali, dan distribusi sehingga memberikan dampak perubahan bentang alam.

Penambangan pasir di desa ini membuat kondisi lahan yang sebelumnya produktif menjadi kritis. Kondisi lahan dengan bongkahan batuan serta pasir mendominasi lahan ini. Pada akhirnya kerusakan lingkungan dan tataguna lahan menjadi tidak optimal karena kesuburan tanah semakin menurun. Kondisi lahan yang di dominasi oleh batuan menyebabkan tanaman sulit tumbuh sehingga diperlukan suatu teknologi perbaikan yang mampu meningkatkan kesuburan tanah di lahan kritis tersebut.

REKLAMASI LAHAN DENGAN TANAMAN CEBRENG

Cebreng (Istilah Jawa Barat) atau yang dikenal secara umum Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) merupakan tanaman golongan leguminoceae yang banyak tumbuh di daerah tropis, yang mampu beradaptasi disegala jenis tanah termasuk di tanah kering. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar (border) dalam suatu usaha pertanian karena batang tanaman ini dapat tumbuh besar selama bertahun-tahun. Cebreng tergolong dalam famili Fabaceae/Papilionaceae dengan genus Gliricidia.
Gambar 2. Tanaman Cebreng (Gliricidia sepium)


Perbaikan Sifat Fisik Tanah

Cebreng dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan merubah tekstur dari tanah tersebut menjadi tekstur yang memiliki persen halus lebih tinggi. Bongkahan batu yang memiliki ukuran beragam akan dihancurkan dengan kemampuan akar tanaman cebreng. Bongkahan batu akan dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan adanya tekanan akar yang diberikan pada saat mencengkram batuan tersebut. Akar tanamancebreng (Gambar 2) masuk melalui retakan-retakan kecil di antara bebatuan yang semakin lama akar tersebut akan semakin membesar. Tercengkramnya batuan akan membuat kondisi dimana batuan perlahan-lahan akan mengalami keretakan yang semakin lama retakannya semakin membesar. Retakan tersebut akan membuat air dapat masuk ke dalam batu dan membantu proses pelapukan lebih cepat. Akar cebreng mampu menghasilkan eksudat akar yang mengeluarkan asam-asam organik yang membantu mempercepat proses dari pelapukan batuan secara kimia.

Perbaikan Sifat Kimia Tanah

Tabel 1 . Perbandingan hasil analisis tanah sebelum dan setelah di reklamasi:

Sample
C-organik (%)
pH
Lahan belum direklamasi
0,07
7,57
Kebun cebreng berumur 3 tahun
1,06
6,99
Kebun cebreng berumur 4 tahun
1,30
6,57

Kandungan C-organik pada lahan bekas tambang yang telah direklamasi dengan tanaman cebreng yang telah berumur empat tahun (1,30) dan tiga tahun (1,06) memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi dibandingkan lahan belum direklamasi yang menunjukkan hasil paling rendah (0,07%). Selain itu, pH tanah pada lahan sebelum direklamasi memperlihatkan pH basa yakni 7,57. Penanaman tanaman cebreng sebagai usaha reklamasi lahan mampu menurunkan pH tersebut menjadi pH yang lebih sesuai dengan pertumbuhan tanaman.

Perbaikan Sifat Biologi Tanah
Perubahan sifat biologi tanah dihasilkan dari serasah daun cebreng yang jatuh ke tanah dan pemberian pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran hewan serta sisa pakan. Serasah tersebut menjadikan bahan makanan bagi organisme hidup sehingga banyak organisme hidup yang terdapat di daerah perakaran. Gambar 3 memperlihatkan organisme hidup yang ada di daerah perakaran seperti cacing tanah (Lumbricus sp.), semut (Oepochylla sp.), kumbang tanah, dan lipan (Scolopendra sp.). Aktifitas organisme tersebut akan membantu proses perubahan fisik tanah seperti memperbaiki struktur tanah, aerasi tanah, dan membantu proses dekomposisi bahan organik.

POLA PERTANIAN TERPADU KELOMPOK TANI SIMPHAY TAMPOMAS

Skema pada gambar 3 menunjukan adanya keterkaitan dan keterpaduan antara satu dengan yang lainnya. Diawali dengan tanaman cebreng sebagai tanaman yang tumbuh baik di lahan kritis yang mampu berperan sebagai pakan ternak kambing. Kotoran ternak kambing mampu dimanfaatkan sebagai pupuk kandang bagi tanaman cebreng. Pemberian pupuk ke areal pertanaman cebreng ternyata mampu merangsang pertumbuhan tanaman lain seperti rumput gajah dan caliandra. Serasah tanaman cebreng, rumput gajah dan caliandra akhirnya dijadikan sebagai pakan sehat bagi ternak kambing. Pemanfaatan pupuk kandang kambing juga dikembangkan dengan penanaman tanaman budidaya komersial seperti buah naga, pisang dan lainnya. Pada akhirnya pola manajemen integrasi lahan bekas tambang pasir ini adalah penjualan hasil ternak kambing berupa daging dan susuyang menjadi sumber pendapatan bagi anggota Kelompok Tani Simpay Tampomas.

Gambar 3. Skema Manajemen Optimalisasi Lahan Bekas Tambang Pasir oleh Kelompok Tani Simpay Tampomas

Pola manajemen ini tidak membutuhkan dana besar karena semua bahan baku pakan ternak sudah tersedia di kebun pakan secara berlanjut dan kotoran ternak kambing berupa pupuk kandang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, baik untuk tanaman cebreng maupun tanaman budidaya lainnya. Penerapan pola manajemen ini sangat baik untuk memaksimalkan segala potensi yang ada dengan keterbatasan dana tetapi dengan keberhasilan yang nyata. Pola manajemen ini tentunya sangatberdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat serta membangun potensi-potensi baru untuk dikembangkan seperti sarana ekowisata, pendidikan dan lainnya.

KESIMPULAN

Pemanfaatan tanaman cebreng (Gliricidia sepium) berperan dalam memperbaiki sifat-sifat tanah bekas tambang pasir. Tanaman cebreng memperbaiki sifat fisika tanah dengan memperbaiki tekstur tanah menjadi lebih halus, secara sifat kimia dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan secara biologi mampu meningkatkan keanekaragaman organisme di dalam tanah.

Pertanian terpadu dalam upaya reklamasi lahan bekas tambang pasir yang dilakukan Kelompok Tani Simpay Tampomas dengan memanfaatkan tanaman cebreng (Gliricidia sepium) sebagai pakan ternak dan pupuk hijau sehingga berdampak pada pengembangan sosial ekonomi masyarakat, perbaikan kualitas lingkungan, dan mampu menjadi nilai tambah dari keberhasilan upaya reklamasi ini yaitu sebagai sarana ekowisata berwawasan lingkungan dan pendidikan. 


Say Thanks,
Alhamdulillah, tulisan yang begitu indah dengan perjuangan yang jauh lebih indah dan berkesan, Puji syukur  kepada Allah SWT atas nikmat dan rizqi yang begitu luar biasa kepada kami..  Terimakasih kepada kedua orang tua, kepada Seluruh keluarga besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unpad, dosen-dosen atas bimbingan, support masukan dan kasih sayangnya, tak lupa Sahabat- sahabat di Himpunan Ilmu Tanah Unpad atas kerjasama yang solid, Kelompok tani Simphay Tampomas yang banyak memberikan ilmu nya dan semua pihak yang mendukung dan mendoakan kesuksesan bersama ini.. Semoga Allah membalas amal baik hamba-hambanya dan me-Ridhai segala amal usaha kita.

Salam Penulis
Ikrar Nusantara Putra


Tim Himatan Unpad di Pilmitanas 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar